“Sekarang Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah.
Kayak hati. Semoga pengertian, mau saling mengalah, saling menghargai, saling
menjaga, komunikasi yang baik, dan tentu saja yang paling penting pemahaman
agama yang baik menyertai rasa sayang. Biar abadi sayangnya. Tidak seperti
cuaca.”
Maka kepalanya mendongak ke atas. Mencari
muka-Mu yang konon katanya ada dimana-mana. Menggetarkan sekali menyimak
percakapan tanpa suara itu. Karena, Engkau selalu menjawab setiap pertanyaan.
Sungguh, satu jawaban untuk satu pertanyaan. Jawaban yang sempurna. Tidak
lebih, tidak kurang.
Semua orang selalu di berikan kesempatan untuk
kembali. Sebelum maut menjemput, sebelum
semuanya benar-benar terlambat. Setiap manusia di berikan kesempatan
mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan yang mengganjal di hidupnya……
Ada yang
mendapatkan kesempatan itu dari
buku-buku. Dari penjelasan orang-orang di sekitarnya. Dari apa-apa yang terukir
di langit, tergurat di bumi atau yang tergantung di antaranya. Dari apa saja.
Banyak mereka yang tidak menyadari kalau
penjelasan itu sudah datang… Mungkin karena mereka terlalu di butakan oleh
kehidupan itu sendiri. Mungkin karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan
untuk menggapai penjelasannya. Mungkin juga karena mereka terlalu berharap
penjelasan itu datang dengan amat fantastis. Dalam banyak hal, banyak kasus,
penjelasan itu justru datang dengan sederhana.
Sayangnya, tidak semua orang beruntung
mengetahui apa sebab-akibat dari setiap kejadian yang di hadapinya. Tidak
banyak yang tahu apa sebab-akibat dari setiap keputusan hidup yang akan di
ambilnya. Apa sebab-akibat dari kehidupannya yang mungkin dia pikir selama ini
biasa-biasa saja, tidak berguna, atau menyakitkan malah.
“Tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat
kehidupannya. Dengan tidak tahu,maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang
sia-sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan
mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian
menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari
sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi
sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat
baik ke orang lain.”
Kehidupan manusia itu bagai titik-titik kecil….
Kau bayangkan sebuah kolam luas. Kolam itu tenang, sangking tenangnya terlihat
bagai kaca. Tiba-tiba hujan deras turun. Kau bayangkan, ada bermiliar bulir air
hujan yang jatuh di atas air kolam, membuat riak…. Miliaran rintik air yang terus
menerus berdatangan, membentuk riak, kecil-kecil memenuhi seluruh permukaan
kolam. Begitulah kehidupan ini, bagai sebuah kolam raksasa. Dan manusia bagai
air hujan yang berdatangan terus-menerus, membuat riak. Riak itu adalah gambaran
kehidupannya…
Dan saat kau menyadari ada yang peduli, maka kau
akan selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil. Sekecil
apa pun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat….
Siklus sebab-akibat itu sudah di tentukan. Tidak
ada yang bias merubahnya, kecuali satu: Yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah
takdir…. Nanti kau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa
sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu. Apalagi
kebaikan-kebaikan yang memang di lakukan dengan sengaja.
Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu,
seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa merubah siklusnya, maka dia akan selalu
mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik. Mungkin semua apa yang di
lakukannya terlihat sia-sia, mungkin apa yang di lakukannya terlihat tidak ada
harganya bagi orang lain, tapi dia tetap mengisinya sebaik mungkin.
Kalian
mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan untuk
mengubahnya. Kepal tangan yang akan menentukan sendiri nasib kalian hari
ini, kepal tangan yang akan melukis sendiri masa depan kalian.
“Kalian
akan tetap menjadi saudara di manapun berada, kalian sungguh akan tetap menjadi
saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah
kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara.”
Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal
menyakitkan yang di lakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki, lebih
abadi…. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari
orang lain itu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian
menyakitkan itulah yang abadi…
Kau pasti pernah mendengar olok-olok. Olok-olok
yang sayangnya serius sekali. Buat apa kehidupan panjang yang baik jika di
penghujung sebelum maut menjemput harus berakhir dengan keburukan. Lebih baik
kehidupan panjang yang buruk tapi di penghujung sebelum maut datang, berakhir
dengan kebaikan… Bagai mengumpulkan air segalon raksasa lantas bocor,
kebaikan-kebaikan itu musnah oleh penghujung yang jelek. Bagai musim kemarau yang
panjang terkena hujan satu jam, keburukan-keburukan itu berguguran oleh
penghujung yang baik…
Kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit
mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua bentuk kita kenali, tapi apakah
dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil?
Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlalu sulit bagimu, karena kau selau
keras-kepala.
Waktu itu kau sering bertanya mengapa Tuhan
memudahkan jalan bagi orang-orang jahat? Mengapa Tuhan justru mengambil
kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah bentuk keadilan langit yang tidak
akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu wajahnya. Berjuta bentuknya.
Hanya satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-bentuk itu. Selalulah
berprasangka baik. Aku tahu kata-kata ini tetap saja sulit di mengerti. Aku
sederhanakan bagimu. Maksudnya adalah, selalulah berharap sedikit. Ya,
berharap sedikit, memberi banyak. Maka
kau akan siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan.
Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah
kejadian pasti terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu
menggagalkan. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah
kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi
bersekutu melaksanakannya.
Kejadian buruk itu datang sesuai takdir langit.
Hanya ada satu hal yang bisa mencegahnya. Satu hal, sama seperti siklus
sebab-akibat sebelumnya, yaitu:
berbagi.
Ya, berbagi apa saja dengan orang lain. Tidak. Sebenarnya berbagi tidak bisa
mencegahnya secara langsung, tapi dengan berbagi kau akan membuat hatimu damai.
Hanya orang-orang dengan hati damailah yang bisa menerima kejadian buruk dengan
lega. Sayangnya, apa mau di kata, selama ini kau tidak pernah berdamai dengan
hatimu.
Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara
terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi
yang pergi. Bukan dari sisi
yang
di tinggalkan…
Bagiku kau
ikhlas dengan semua yang ku lakukan untukmu. Ridha atas perlakuan perlakuan ku
padamu, itu sudah cukup.
Istri yang
ketika meninggal dan suaminya ridha padanya, maka pintu-pintu surga dibukakan
lebar-lebar baginya…
Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka
baginya tidak akan ada pertanyaan tentang kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu
yang menyenangkan darinya, kenapa dia harus dilemparkan lagi ke kesedihan.
Baginya semua proses yang di alami, menyakitkan atau menyenangkan semuanya
untuk menjemput tujuan itu. Dan dia bertekad menjemput akhir sambil tersenyum.
Meninggal dengan penghujung yang baik.
Ternyata setelah sejauh ini semuanya tetap
terasa kosong, terasa hampa. Ternyata semua yang kau miliki tidak pernah
memberikan kebahagiaan. Padahal sekarang kau memiliki segalanya, mempunyai
banyak. Kenapa? Karena kau sudah terjebak dalam siklus mengerikan. Kau terjebak
keinginan-keinginan dunia. Kau mencintai dunia persis seperti sekerumunan
orang-orang lainnya yang amat keterlaluan mencintainya. Dan lazimnya para
pencinta dunia itu, maka sungguh dia tidak akan pernah terpuaskan oleh yang
bisa disediakan dunia.
Begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu. Ada
pula yang kita tidak tahu. Yakinlah, dengan ketidaktahuan itu bukan berarti
Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita
dari tahu itu sendiri.
Kau selalu merasa andai kata semua kehidupan ini
menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang
menyenangkan. Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih
indah dari menatap rembulan di langit…. Kau tidak tahu apa itu, karena ilmumu
terbatas, pengetahuanmu terbatas. Kau hanya yakin, bila tidak di kehidupan ini,
suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih mempesona di bandingkan menatap
sepotong rembulan yang sedang bersinar indah.
Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh
hebat, yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan
ciptaan-Nya. Tahukah kau? Itulah janji menatap wajah-Nya. Menatap wajah Tuhan.
Tanpa tabir, tanpa pembatas…. Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di
semesta alam tenggelam tiada artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu.
Percayalah selalu atas janji itu, maka hidup kita setiap hari akan terasa
indah…..