Pages

Rabu, 10 September 2014

Quotes di Novel "Rembulan Tenggelam Di Wajahmu" Tere Liye

*     “Sekarang Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah. Kayak hati. Semoga pengertian, mau saling mengalah, saling menghargai, saling menjaga, komunikasi yang baik, dan tentu saja yang paling penting pemahaman agama yang baik menyertai rasa sayang. Biar abadi sayangnya. Tidak seperti cuaca.”

*      Maka kepalanya mendongak ke atas. Mencari muka-Mu yang konon katanya ada dimana-mana. Menggetarkan sekali menyimak percakapan tanpa suara itu. Karena, Engkau selalu menjawab setiap pertanyaan. Sungguh, satu jawaban untuk satu pertanyaan. Jawaban yang sempurna. Tidak lebih, tidak kurang.


*    Semua orang selalu di berikan kesempatan untuk kembali. Sebelum maut menjemput, sebelum semuanya benar-benar terlambat. Setiap manusia di berikan kesempatan mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan yang mengganjal di hidupnya……
Ada yang mendapatkan kesempatan  itu dari buku-buku. Dari penjelasan orang-orang di sekitarnya. Dari apa-apa yang terukir di langit, tergurat di bumi atau yang tergantung di antaranya. Dari apa saja.

*         Banyak mereka yang tidak menyadari kalau penjelasan itu sudah datang… Mungkin karena mereka terlalu di butakan oleh kehidupan itu sendiri. Mungkin karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan untuk menggapai penjelasannya. Mungkin juga karena mereka terlalu berharap penjelasan itu datang dengan amat fantastis. Dalam banyak hal, banyak kasus, penjelasan itu justru datang dengan sederhana.

*     Sayangnya, tidak semua orang beruntung mengetahui apa sebab-akibat dari setiap kejadian yang di hadapinya. Tidak banyak yang tahu apa sebab-akibat dari setiap keputusan hidup yang akan di ambilnya. Apa sebab-akibat dari kehidupannya yang mungkin dia pikir selama ini biasa-biasa saja, tidak berguna, atau menyakitkan malah.


*      “Tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak tahu,maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke orang lain.”

*      Kehidupan manusia itu bagai titik-titik kecil…. Kau bayangkan sebuah kolam luas. Kolam itu tenang, sangking tenangnya terlihat bagai kaca. Tiba-tiba hujan deras turun. Kau bayangkan, ada bermiliar bulir air hujan yang jatuh di atas air kolam, membuat riak…. Miliaran rintik air yang terus menerus berdatangan, membentuk riak, kecil-kecil memenuhi seluruh permukaan kolam. Begitulah kehidupan ini, bagai sebuah kolam raksasa. Dan manusia bagai air hujan yang berdatangan terus-menerus, membuat riak. Riak itu adalah gambaran kehidupannya…

*      Dan saat kau menyadari ada yang peduli, maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil. Sekecil apa pun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat….

*      Siklus sebab-akibat itu sudah di tentukan. Tidak ada yang bias merubahnya, kecuali satu: Yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir…. Nanti kau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu. Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang di lakukan dengan sengaja.

*      Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu, seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa merubah siklusnya, maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik. Mungkin semua apa yang di lakukannya terlihat sia-sia, mungkin apa yang di lakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, tapi dia tetap mengisinya sebaik mungkin.

*      Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan untuk mengubahnya. Kepal tangan yang akan menentukan sendiri nasib kalian hari ini, kepal tangan yang akan melukis sendiri masa depan kalian.


*      “Kalian akan tetap menjadi saudara di manapun berada, kalian sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara.”

*      Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang di lakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi…. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain itu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian menyakitkan itulah yang abadi…

*      Kau pasti pernah mendengar olok-olok. Olok-olok yang sayangnya serius sekali. Buat apa kehidupan panjang yang baik jika di penghujung sebelum maut menjemput harus berakhir dengan keburukan. Lebih baik kehidupan panjang yang buruk tapi di penghujung sebelum maut datang, berakhir dengan kebaikan… Bagai mengumpulkan air segalon raksasa lantas bocor, kebaikan-kebaikan itu musnah oleh penghujung yang jelek. Bagai musim kemarau yang panjang terkena hujan satu jam, keburukan-keburukan itu berguguran oleh penghujung yang baik…

*      Kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua bentuk kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlalu sulit bagimu, karena kau selau keras-kepala.

*      Waktu itu kau sering bertanya mengapa Tuhan memudahkan jalan bagi orang-orang jahat? Mengapa Tuhan justru mengambil kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah bentuk keadilan langit yang tidak akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu wajahnya. Berjuta bentuknya. Hanya satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-bentuk itu. Selalulah berprasangka baik. Aku tahu kata-kata ini tetap saja sulit di mengerti. Aku sederhanakan bagimu. Maksudnya adalah, selalulah berharap sedikit. Ya, berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan.

*      Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.

*      Kejadian buruk itu datang sesuai takdir langit. Hanya ada satu hal yang bisa mencegahnya. Satu hal, sama seperti siklus sebab-akibat sebelumnya, yaitu: berbagi. Ya, berbagi apa saja dengan orang lain. Tidak. Sebenarnya berbagi tidak bisa mencegahnya secara langsung, tapi dengan berbagi kau akan membuat hatimu damai. Hanya orang-orang dengan hati damailah yang bisa menerima kejadian buruk dengan lega. Sayangnya, apa mau di kata, selama ini kau tidak pernah berdamai dengan hatimu.

*      Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang di tinggalkan…

*      Bagiku kau ikhlas dengan semua yang ku lakukan untukmu. Ridha atas perlakuan perlakuan ku padamu, itu sudah cukup.

*      Istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha padanya, maka pintu-pintu surga dibukakan lebar-lebar baginya…

*      Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka baginya tidak akan ada pertanyaan tentang kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang menyenangkan darinya, kenapa dia harus dilemparkan lagi ke kesedihan. Baginya semua proses yang di alami, menyakitkan atau menyenangkan semuanya untuk menjemput tujuan itu. Dan dia bertekad menjemput akhir sambil tersenyum. Meninggal dengan penghujung yang baik.

*      Ternyata setelah sejauh ini semuanya tetap terasa kosong, terasa hampa. Ternyata semua yang kau miliki tidak pernah memberikan kebahagiaan. Padahal sekarang kau memiliki segalanya, mempunyai banyak. Kenapa? Karena kau sudah terjebak dalam siklus mengerikan. Kau terjebak keinginan-keinginan dunia. Kau mencintai dunia persis seperti sekerumunan orang-orang lainnya yang amat keterlaluan mencintainya. Dan lazimnya para pencinta dunia itu, maka sungguh dia tidak akan pernah terpuaskan oleh yang bisa disediakan dunia.

*      Begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu. Ada pula yang kita tidak tahu. Yakinlah, dengan ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.

*      Kau selalu merasa andai kata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan. Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan di langit…. Kau tidak tahu apa itu, karena ilmumu terbatas, pengetahuanmu terbatas. Kau hanya yakin, bila tidak di kehidupan ini, suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih mempesona di bandingkan menatap sepotong rembulan yang sedang bersinar indah.

*      Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat, yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaan-Nya. Tahukah kau? Itulah janji menatap wajah-Nya. Menatap wajah Tuhan. Tanpa tabir, tanpa pembatas…. Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam tenggelam tiada artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu. Percayalah selalu atas janji itu, maka hidup kita setiap hari akan terasa indah…..



0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com